Dengan dukungan dari BRIN, harapannya durian di Semarang dapat di kembangkan sehingga bisa berbuah setiap tahun. “Musim durian berlangsung dari November hingga Desember; jika bisa kita kembangkan. Kita harapkan dapat berbuah lebih dari sekali dalam setahun,” tambahnya.
Saat ini terdapat sekitar 20 jenis durian asli Semarang, dan melalui riset serta inovasi dari BRIN, diharapkan durian Semarang dapat memenuhi permintaan di tingkat nasional bahkan internasional, terutama pasar ekspor seperti Cina yang sangat menjanjikan.
“Dari BRIN, ada penelitian yang memungkinkan durian berbuah sepanjang tahun. Kami dapat menyesuaikan rasa yang diinginkan pasar internasional dengan karakter rasa durian Semarang yang beragam,” ungkapnya.
Belum semua jenis durian mengantongi sertifikasi. Saat ini, baru dua jenis yang tersertifikasi, yaitu Malika dan Kholil. “Kami akan mendorong para petani untuk melakukan sertifikasi, agar bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah dan memperluas akses pasar ekspor yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” pungkasnya.
Salah satu peserta lomba makan durian dari Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen, Zhaqraf Maulida, mengungkapkan kebahagiaannya.
“Senang sekali, rasanya enak, apalagi bisa bersama kumpul dengan temen-temen PKK Se-Kota Semarang,” ujarnya.
Berkat lomba tersebut, ia bisa mencicipi durian lokal asli Kecamatan Mijen dan Gunungpati di Gerebek Durian di Pasar Modern (Pasmod) BSB.
“Kita bisa merasakan panen durian lokal, yang ternyata luar biasa tidak kalah dengan durian luar. Keren sih, Semarang punya potensi yang luar biasa, apalagi Mijen, besar sekali perkebunan dan pertanian duriannya,” tutur dia. (*)
Editor: Elly Amaliyah