“Kami sangat mencintai siswa kami, jadi enggak ada masalah dengan honorer ya, karena target kami ya anak-anak tumbuh dengan baik. Cuma kami memang butuh secara finansial lebih banyak, sehingga keluarga bisa tercukupi. Kebetulan saya wali kelas yang datang ke rumah siswa satu-satu,” ucapnya.
Menurutnya, penghasilan laik sebagai seorang guru tetap penting baginya. Hal itu juga akan berpengaruh pada pengajaran terhadap anak-anak didik.
BACA JUGA: Pemkot Semarang Angkat 2.354 PPPK Paruh Waktu, Terbanyak di Indonesia
“Saya tahu semua anak-anak saya di satu kelas itu, memang secara finansial kami butuh untuk bisa bergerak membantu anak-anak, terutama yang tidak mampu. Ketika kami datang ke rumah anak-anak, ternyata mereka orang-orang yang butuh bantuan dari kami sebagai guru,” tegasnya.
Lebih jauh, SK PPPK paruh waktu yang ia terima bersamaan dengan 13 ribu orang lainnya bukan perjuangan terakhir. Sebab, SK paruh waktu hanya berlaku kontrak selama satu tahun.
“Perjuangan belum selesai karena status paruh waktu kan kontrak setahun. Berharap ke depan menjadi lima tahun kontrak, meskipun tidak penuh waktu tapi paling tidak kita kontraknya sampai lima tahun, tidak satu tahun,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













