HeadlineNews UpdatePeristiwa

Hujan Es Terjadi di Tembalang Kota Semarang, Ini Penyebabnya

×

Hujan Es Terjadi di Tembalang Kota Semarang, Ini Penyebabnya

Sebarkan artikel ini
Fenomena Hujan Es.

Pergerakan massa udara yang kuat

Adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat, dikenal dengan istilah strong updraft and downdraft) di dalam awan CB.

Pergerakan massa udara naik (updraft) yang cukup kuat dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dimana suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.

Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar.

Saat butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail/hujan es.

Strong updraft di suatu daerah dapat terbentuk akibat adanya pemanasan matahari yang intens, pemanasannya sangat optimal/kuat, antara pagi hingga siang hari, serta dapat dipengaruhi oleh topografi suatu daerah.

Tingkat pembekuan yang rendah

Adanya lapisan yang tingkat pembekuan yang lebih rendah, dikenal dengan istilah Lower Freezing Level.

Pada fenomena hujan es/hail, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.

Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna.
Lapisan tingkat pembekuan (freezing level) merupakan lapisan pada tinggian tertentu diatas permukaan bumi dimana suhu udara bernilai nol derajat celsius.

Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es.
Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan (freezing level) berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km diatas permukaan laut.

Sifat fenomena hujan es

Hujan baru dikatakan hujan es jika memenuhi sifat-sifat fenomena hujan es atau hail :
1, Sangat lokal.
2. Luasannya berkisar 5-10 km.
3. Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit.
4. Lebih sering terjadi pada peralihan musim, dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba.
5. Lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.
6. Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5-1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 persen.
7. Hanya berasal dari awan Cumulonimbus, tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan hujan es atau hail.
(Ak/El)

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan