BACA JUGA: Pemprov Jateng Benarkan Siswa Tetap Dapat MBG Saat Libur Nataru: Bisa “Delivery” ke Rumah
Dukungan Pemda
Kontribusi APBD kabupaten/kota juga menunjukkan komitmen kuat pemerintah daerah. Dari target 6.776 unit, realisasi mencapai 12.830 unit. Angka ini hampir dua kali lipat.
Sementara itu, dukungan CSR dan Baznas menembus 4.012 unit dari target 2.070 unit, menandakan meningkatnya kesadaran dunia usaha dan lembaga sosial dalam agenda perumahan rakyat.
“Capaian paling signifikan justru datang dari partisipasi masyarakat yang mencapai 219.524 unit, kemudian validasi dan pemutakhiran data sebanyak 6.184 unit. Fakta ini memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah tidak berjalan top-down, melainkan memantik gotong royong dan kesadaran kolektif warga untuk memperbaiki kualitas hidupnya sendiri dengan dukungan negara,” tuturnya.
Tentu, pekerjaan belum selesai. Hingga akhir 2025, sisa backlog perumahan di Jawa Tengah masih mencapai 1.058.454 unit. Angka ini menjadi pengingat bahwa tantangan ke depan masih besar. Namun, dengan fondasi kebijakan yang sudah terbukti efektif, arah yang jelas, serta kepemimpinan yang mendorong kolaborasi lintas sektor, optimisme tetap relevan untuk dijaga.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa di bawah kepemimpinan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen, Pemprov Jawa Tengah tidak hanya membangun rumah, tetapi membangun harapan. Hunian layak menjadi instrumen pemerataan kesejahteraan, bukan sekadar proyek angka. Negara hadir hingga ke dinding-dinding rumah warganya, di situlah pembangunan menemukan makna yang sesungguhnya.
“Melihat capaian di tahun 2025, kami sangat optimis untuk program hunian layak bagi masyarakat akan terus meningkat dari tahun ke tahun di masa mendatang,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menuturkan bahwa program peningkatan hunian layak merupakan fokus pembangunan di Jawa Tengah, terutama untuk mengatasi kemiskinan ekstrem. Program tersebut untuk menggandeng stakeholder dengan dukungan APBD provinsi, kabupaten/kota, Baznas, CSR, dan APBN.
“Kami jalankan secara kolaboratif. Kabupaten/kota, provinsi, dan kementerian bekerja bersama, setiap triwulan kami evaluasi,” ucapnya. (*)













