Penanaman mangrove ini penting untuk mencegah abrasi pantai, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, dan membantu mitigasi perubahan iklim.
Dalam kegiatan ini, polisi hutan atau polhut, Sunardi turut serta menanam mangrove bersama warga. Ia menyampaikan, bahwa hamparan hutan magrove di Pulau Karimunjawa seluasa 300 hektare.
“Hutan mangrove tersebut selain menjadi sabuk laut alami di Taman Nasional Karimunjawa. Juga menjadi edukasi wisata bagi para pelancong,” terang Sunardi.
Melihat rimbunnya mangrove yang sangat terjaga, Mas Wiwit pun mengaku cukup terpukau dengan keindahan alam Karimunjawa. Oleh karena itu, dia turut serta menjaga keindahan alam dengan menanam mangrove.
“Mangrove memiliki peran vital dalam menjaga ekosistem pesisir. Mari kita jaga dan lestarikan bersama,” ujar Mas Wiwit.
Terakhir, kunjungan di isi dengan ziarah ke Makam Sunan Nyamplungan, salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa. Ziarah ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai refleksi spiritual bagi para rombongan Mas Wiwit.
“Makam Sunan Nyamplungan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga nilai-nilai spiritual dan budaya yang telah di wariskan,” terang Mas Wiwit.
Selain itu, kunjungan ini juga dimanfaatkan untuk berdialog dengan masyarakat Karimunjawa mengenai berbagai isu lingkungan hingga pariwisata.
Kunjungan tiga hari ini diakhiri dengan harapan bahwa upaya pelestarian lingkungan, wisata, dan penghormatan. Terhadap warisan budaya akan terus dilakukan oleh masyarakat luas.
“Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkontribusi bagi alam, wisata, dan budaya,” tutup Mas Wiwit. (*)
Editor: Elly Amaliyah