SOLO, beritajateng.tv – Pengembangan desa wisata Jawa Tengah tak terlepas dari berbagai permasalahan di lapangan. Ketua Komisi B DPRD Jateng Sumanto menilai, kelemahan desa wisata salah satunya ialah tidak ada rancangan pengelolaan.
Menurut Sumanto, masyarakat Jateng memiliki tabiat ‘melu-melu’ atau ikut-ikutan. Hal itu menjadi permasalahan, terutama dalam menggali potensi dari sebuah desa wisata.
“Perlu ada beberapa catatan, karena desa wisata itu harus melihat potensinya. Kecenderungan kita itu melu-melu, misalnya desa wisata A punya kolam renang, terus nanti desa lain juga buat kolam renang, padahal potensinya bukan itu,” kata Ketua Komisi B DPRD Jateng Sumanto.
BACA JUGA: Seni Karawitan jadi Daya Tarik di Desa Wisata Lerep
Sumanto mengungkapkan hal itu dalam dialog Aspirasi Jawa Tengah “Pariwisata Jawa Tengah Menghadapi Lebaran” yang disiarkan dari studio TATV, Solo, belum lama ini.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Komisi B DPRD Jateng Sumanto mengaku terus melakukan sosialiasi ke desa-desa wisata untuk membantu warga menggali potensi yang ada
“Kalau tidak ada potensi jangan buat desa wisata, bisa kembangin hal lain seperti UMKM, kuliner, dan lain-lain,” tandasnya dalam dialog yang dipandu Host Nurkholis dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Desa wisata dengan kategori maju di Jawa Tengah bisa mendapatkan bantuan hingga Rp 1 miliar. Komisi B DPRD Jateng menganggap hal tersebut merupakan bentuk support bagi desa wisata.
BACA JUGA: Desa Wisata Kampung Samin Sambongrejo Juara 3 Ajang Gelar Desa Wisata Jateng
Untuk kategori lainnya yakni desa wisata rintisan mendapat bantuan yang lebih sedikit yakni Rp 100 juta. Sementara desa wisata berkembang mendapat bantuan Rp 500 juta. Menurut Sumanto, bantuan Rp 1 miliar kepada desa wisata kategori maju bukan tanpa alasan.