Waktu itu, kata Nursahit, rumahnya masih menjadi aset angkatan darat dan difungsikan sebagai asrama pasukan. Ia kemudian memutuskan membeli rumah ini ketika mendapat penempatan di Kota Semarang.
“Saya waktu itu pindah dari Jakarta, oleh Kodam ditunjuk supaya pakai rumah ini. Waktu rumah akhirnya kembali kepada pemilik aslinya yang orang Belanda, sama mereka dijual murah ke saya, karena anaknya udah di Belanda semua,” lanjutnya.
Nursahit tak jarang mengalami pengalaman horor
Memilih bangunan tua yang sempat menjadi lokasi syuting film horor untuk tempat tinggal membuat Nursahit dekat dengan pengalaman mistis. Meski telah memugar dan menjadikan beberapa ruangan menjadi indekos, tak jarang ia mengalami kejadian di luar nalar manusia.
“Pernah ngalamin, jam 2 pagi mau shalat kok ramai sekali ada suara orang banyak. Pas saya keluar kebetulan ada anak kost yang duduk di teras, tanya anaknya ternyata nggak ada siapa-siapa,” ungkap bapak 6 anak itu.
Namun meski begitu, Nursahit enggan untuk pindah. Ia dan keluarganya sendiri menempati lantai satu. Untuk kamar kost yang berjumlah 10 kamar berada di bangunan luar.
Sementara untuk lantai 2 sengaja Nursahit biarkan kosong. Nantinya, ia ingin membersihkan dan menghidupkan kembali lantai 2 agar dapat digunakan dengan semestinya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi