“Tentu saja kami sebagai sejarahwan berharap lokasi itu tidak hanya sekadar tempat singgah pariwisata, tapi juga memberikan edukasi informasi terkait sejarahnya,” harapnya.
Wisata sejarah dan edukasi Kota Semarang
Lebih lanjut, Ika menilai jika saat ini wisatawan yang datang umumnya hanya bisa sebatas menikmati keindahan arsitektur Kota Lama Semarang dengan berswafoto. Padahal, bangunan adalah saksi biru yang menyimpan banyak cerita sejarah Semarang.
Ia menilai, penataan kawasan Kota Lama belum maksimal. Lebih pada penampilan di luar tetapi esensi pengelolaan wisata sejarah dengan menampilkan edukasi masih kurang.
“Ini PR kita semua sebagai warga Semarang bagaimana membuat Semarang dikenal memiliki cerita sejarah yang luar biasa,”
Ika menyebut, jika sekiranya pemerintah ingin menciptakan Kawasan Kota Lama kembali ke era abad ke-17, sebaiknya memperhatikan beberapa kondisi.
“Ini juga jadi keprihatinan kita sejarawan, ada ganjelan kenapa banyak ornamen tambahan yang justru tidak senafas dengan niat awal membangun kawasan Kota Lama sesuai abad 17-18,” bebernya.
BACA JUGA: Menggemaskan dan Kental Budaya Jawa, Puluhan Siswa TK di Kota Semarang Ikuti Lomba Tembang Dolanan
Seperti dengan mencontoh beberapa peninggalan bangunan yang masih tersisa, seperti lampu yang ada di depan Gereja Blenduk.
“Sehingga nafas bahwa Kota Lama kembali dibangun tahun 1700-1800an itu kerasa, kemudian ornamen tambahannya ya diminimalisir karena jadinya tidak bersenyawa,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila