“Jadi untuk kader-kader kecil atau dokter kecil kami beri pengetahuan agar bisa mengedukasi sesama siswa di sekolah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Hakam menyebut jika saat ini Dinas Kesehatan juga memberikan pelatihan kepada kader kesehatan remaja. Selain itu juga dibentuk pos pembinaan terpadu (posbindu) atau Posyandu remaja (posrem).
Nantinya Posbindu akan menyasar remaja berusia 15-18 tahun. Pelatihan yang diberikan yakni tentang pola makan yang sehat dan juga aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari.
“Harapannya bisa diikuti setiap bulan, bisa deteksi dini agar diketahui lebih awal. Yang paling penting adalah tidak mengurangi makan tapi memilih makanan yang tepat,” tuturnya.
Hakam menjelaskan untuk kebutuhan kalori setiap anak memang berbeda-beda, karena kebutuhan kalori ini berhubungan dengan berita badan dan aktivitas fisik yang dilakukan anak itu sendiri. Hal tersebutlah yang membedakan kebutuhan kalori setiap orang.
”Jadi misalnya satu orang dibutuhkan 1900 kalori. Ini harus dibagi, berapa lemak, mineral, vitamin, dan lainnya. Itu dinamakan gizi seimbang,” bebernya.
Ia menyebut untuk anak-anak normal tidak perlu diberi protein hewani setiap hari, hanya perlu beberapa kali saja dalam seminggu. Sementara untuk anak stunting atau gizi buruk, membutuhkan protein hewani yang lebih banyak.
“Jadi yang harus diperhatikan adalah gizi yang seimbang. Jangan senang jika anak diam, main HP, cemal-cemil makanan yang tidak sehat,” pungkasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah