Moh Edy Sukarno menjelaskan, konsep pemasaran sekarang ini lebih praktis jika menggunakan cara digital. Karena itu pelaku pemasaran harus benar-benar bisa menguasai digitalisasi.
“Tinggal bikin foto produk alpukat atau kopi yang bagus, setelah itu bisa dishare di marketplace. Dengan konsep pemasaran yang jitu kedua komoditas itu bisa dilirik pembeli dari manapun,” ujarnya.
Kasi Tata Pemerintahan Kecamatan Jambu, Karyanto menjelaskan, potensi yang ada di Jambu perlu dikemas dan dipromosikan agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan memanfaatkan teknologi digital, produk yang dipasarkan dapat menjangkau pasar internasional.
“Goalnya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui UMKM,” tandasnya.
Hanya saja, lanjutnya, pemasaran digital kerap terkendala sumber daya manusia (SDM) yang kurang mumpuni. Kendala yang kedua adalah soal jaringan internet karena di ada beberapa wilayah yang masuk blank spot.
Kepala Desa Rejosari Budi Wahono mengaku antusias dengan kegiatan sosialisasi yang digelar oleh Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto tersebut. Menurutnya sosialisasi mengenai teknologi digital sangat membantu bagi warga desa yang belum lihai dalam memanfaatkan teknologi. Permasalahan yang dihadapi warga desa yaitu bagaimana cara mempertahankan harga komoditas alpukat dan kopi.
“Alpukat dan kopi ini tanaman yang sangat mudah tumbuh di wilayah kami. Tapi kendala kami, jika sedang musim panen harga alpukat dan kopi kami malah anjlok mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Bagaimana masyarakat desa ini dapat mempertahankan harganya pada saat musim panen sehingga tidak anjlok dan dapat bersaing dengan supermarket-supermarket itu”, tandasnya. (adv)
editor: ricky fitriyanto