BACA JUGA: Pilih Kerbau, Kenapa di Kudus Jawa Tengah Jarang Kurban Sapi? Begini Riwayatnya Terkait Tradisi
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Jateng Agus Wariyanto mengatakan, pihaknya bakal mengawal kasus ini.
Agus menduga ada dua kemungkinan penyebabnya. Yaitu karena virus yang membuat para sapi mati mendadak atau sapi sengaja dibunuh oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Saat ini sampel bagian tubuh sapi yang mati tersebut di uji di Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta. Apabila hasil lab menunjukan positif penyakit, pinyaknya akan melakukan antisipasi dan penanganan agar kejadian serupa tidak terjadi di daerah lain.
Agus tidak menampik sejumlah penyakit hewan masih menjadi perhatian di Jawa Tengah. Yakni seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang hingga saat ini proses vaksinasinya masih terus berjalan.
Bahkan di awal 2024 ini, Pemprov Jateng sudah mendistribusikan 21.000 dosis vaksin Anthrax di Wonogiri, Klaten dan Sukoharjo. Hal ini untuk mengantisipasi penyebaran Anthrax, yang sebelumnya terjadi di Gunung Kidul dan Sleman.
BACA JUGA: Simbol Ekonomi Kerakyatan, KSPS Setia Kawan Rangkul Peternak Sapi Hasilkan SHU Rp 3 Miliar
Sebelumnya, sebanyak lima ekor sapi mati secara misterius pada Selasa, 6 Agustus 2024 pagi.
Padahal ada puluhan peternakan di Kelurahan Cepoko. Namun, kematian secara massal ini hanya terjadi di dalam satu kandang atau milik seorang peternak.
“Ini ‘kan awalnya Senin (5/8/2024) sore sapi mau makan, terus di kasih [makanan] ampas tahu sama singkong sama pemiliknya, nah habis makan semua, pemiliknya pulang mau salat Maghrib. Terus malamnya dia cek sehat semua, tapi tahu-tahu, Selasa pagi, jam 05.30 WIB [lima sapi] mati semua,” terang Ketua Kelompok Tani Rukun Makmur, Muhfasodin. (*)