Selama berjualan di pinggir jalan, omzet yang Parwoto peroleh mencapai Rp200 ribu setiap harinya. Jauh berbeda ketika ia berjualan di dalam Pasar Wonodri yang hanya mampu meraih omzet Rp50 ribu.
BACA JUGA: [Video] Kemendag Gelar Bazar Pangan Murah di Pemukiman
Menurutnya, kondisi pasar yang berada di lantai 2 membuat pembeli enggan berbelanja di dalam gedung. Terlebih, saat ini pedagang mulai berangsur meninggalkan kios lantaran sepi pembeli.
“Orang belanja kebutuhan rumah tangga itu nggak mau masuk, alasannya mungkin capek naik-turun tangga. Sekarang orang milih belanja di tukang sayur keliling yang di depan rumah mereka itu walau selisih Rp1 ribu – Rp2 ribu,” keluhnya.
Parwoto berharap Pemerintah Kota Semarang dapat memberikan perhatian lebih kepada para pedagang di pasar tradisional khususnya Pasar Wonodri agar kembali ramai pembeli setelah relokasi ke gedung baru. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi