Hasil dari model pembelajaran EviMap ini pun terlihat nyata. Antusias belajar siswa meningkat dari 70 persen menjadi 90 persen. Kemudian pada bidang literasi dan numerasi naik dari 65 persen ke 90 persen.
“Anak-anak senang karena belajar secara nyata di lingkungan mereka. Mereka lebih peka terhadap sejarah, budaya, dan permasalahan lingkungan sekitar,” kata Tri.
Tak hanya akademik, ia juga mengembangkan SDN Tambakrejo 01 sebagai Sekolah Ramah Anak (SRA). Tri menggandeng guru, orang tua, masyarakat, hingga tokoh setempat.
BACA JUGA: Momen Hari Guru Nasional, PGRI Jateng Kritik Jumlah Guru Honorer Tak Sebanding dengan Formasi PPPK
Beberapa program di sekolahnya antara lain, Duta Perdamaian Kelas, Tim Pencegahan Kekerasan, dan Sudut Baca Digital (SuBaDi).
“Kita punya duta perdamaian, yang tugasnya mengumpulkan informasi tentang masalah dan keluh kesah siswa sebayanya, dan nantinya mereka lah yang melaporkan ke kita,” ungkapnya.
Bagi Tri, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga jalan sebagai pengabdian.
“Perubahan kecil yang dilakukan dengan hati dan konsistensi akan berdampak besar bagi masa depan anak-anak,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila








