- SMKS BP Darul Ulum Rejosari, total kerugian Rp300 juta, banyak ruangan terkena banjir yang mengakibatkan ratusan mesin jahit dan buku di perpustakaan terendam.
- SMK Nusantara Gubuh, total kerugian Rp50 juta, akibat banyak ruang kelas hingga bengkel tempat praktik siswa terendam banjir.
- SMAS Miftahul Huda Purwodadi, total kerugian Rp50 juta, akibat ruang laboratorium IPA, menjahit, ruang penyimpanan alat tata boga dan OR, hingga ruang TU terendam banjir.
- SMKS Gajah Mada Purwodadi, total kerugian Rp50 juta akibat banyak alat praktik siswa yang terdampak, dan
- SMKS Pembangunan Nasional Purwodadi, total kerugian Rp50 juta akibat ruang laboratoirum hingga lapangan tergenang banjir.
4. Pemalang
SMAN 1 Belik, total kerugian Rp50 juta akibat banyak atap kelas bocor dan kerusakan selasar parkir siswa.
5. Kota Magelang
SMKS PIUS X Magelang, total kerugian Rp75 juta, akibat tanah longsor di belakang bangunan asrama. Pada Desember 2024, sempat terjadi pohon tumbang yang menyebabkan pagar rusak.
6. Kota Surakarta
SMAN 8 Surakarta, total kerugian Rp50 juta akibat pagar tembok sekolah roboh yang di duga tidak kuat menahan beban gundukan tanah di luarnya.
Berdasarkan data tersebut, Cilacap mengalami kerugian terbanyak, disusul oleh Grobogan. Jika di total dengan SMA/K lainnya, jumlah kerugian di Grobogan mencapai Rp660 juta. Sementara di Purworejo kerugiannya mencapai Rp73 juta, Kota Magelang Rp75 juta, Pemalang dan Kota Surakarta Rp50 juta.
Sekolah rusak akibat bencana, Uswatun terapkan blended learning bagi siswa terdampak
Akibat banyak infrastruktur sekolah yang rusak, Disdikbud Jawa Tengah akan melakukan blended learning atau pembelajaran gabungan. Hal itu diberlakukan lantaran pihaknya memprioritaskan keselamatan siswa.
“Kalau rumahnya dekat tapi gak terdampak bisa tatap muka, yang jauh bisa zoom. Ketika sarpras belum memungkinkan, yang pertama di selamatkan bukan pembelajaran, tapi orangnya dulu,” terang Uswatun.
BACA JUGA: BPBD Sebut 200 Lebih Bencana di Jawa Tengah Selama 2024, Banjir dan Tanah Longsor Terbanyak
Blended learning pun berlaku bagi siswa yang rumahnya terdampak bencana, meskipun keadaan sekolahnya baik-baik saja.
“Ketika ada yang rumahnya jauh, rumahnya terdampak banjir, meskipun sekolah bersih, anaknya terkendala belum bisa sekolah, maka dia bisa ikut pembelajaran jarak jauh,” pungkas Uswatun. (*)
Editor: Farah Nazila