“Di tangan Pak Syamsudin dan kawan-kawan ini pendidikan itu sangat penting. Bahkan kalau perang di Jepang waktu Nagasaki dan Hirosima dibom, yang ditanya bukan tentara yang meninggal, tetapi gurunya yang hidup masih ada berapa. Itu pentingnya semua itu,” terang Sumanto.
BACA JUGA: Dinas Pendidikan Siap Gunakan Kurikulum Merdeka Pasca Dua Tahun Percobaan
Lebih lanjut, pihaknya akan tetap konsisten dalam menyoroti masalah pendidikan. Sebab, konsistensi tersebut akan berpengaruh dengan jejak kedepan yang akan tampak seperti apa. Salah satu masalah pendidikan di Jateng yang tak luput dari perhatiannya yakni kecamatan yang tidak memiliki sekolah negeri atau wilayah blindspot.
Sumanto menyebut, permasalahan zonasi bukan hanya pada area blindspot semata. Namun, zonasi wilayah 3 dan 4 juga menimbulkan problem. Tidak sedikit calon peserta didik yang akhirnya terlempar ke sekolah swasta.
“Kita kan mendengar ini banyak seperti yang saya sampaikan. Tidak hanya pada blindspot aja, tapi zonasi 3 dan 4 aja susah mau ke mana, paling ke swasta, harapannya juga begitu. Kalau semua kita serahkan ke negara semua ya nggak kuat, jadi sektor-sektor swasta itu pemerintah harus memberikan dorongan,” pungkasnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto