“Kampusku Floraku adalah kata yang sarat makna. Kata ‘Kampus Flora’ sebagai tempat melestarikan kekayaan tanaman. Sedangkan kata ‘Ku’ berarti rasa memiliki,” jelasnya.
UKSW, lanjutnya, terkenal sebagai Kampus Indonesia Mini. Bukan hanya karena keberagaman suku dan budaya mahasiswanya, tetapi juga dari kekayaan floranya.
Keberagaman pohon, rumput, hingga tanaman langka telah ia dokumentasikan, teliti, hingga susun laporannya dalam berbagai karya ilmiah. Semuanya juga terangkum dalam sebuah buku bertajuk Kampusku Floraku.
BACA JUGA: Gibran Ajak UKSW Perkuat Inovasi dan Adaptasi di Dies Natalis ke-69
Semua spesies pohon dan perdu yang kampus inventarisir telah terkelompokkan sekurang-kurangnya dalam 42 famili, dengan familia Arecaceae (palem) memiliki jenis terbanyak.
“Kalau di Indonesia terdapat tidak kurang dari 460 spesies jenis tanaman palem. Maka 0,11 persennya sudah terwakili di lingkungan kampus UKSW,” tuturnya.
Kepada generasi muda, Eyang Narto pun berpesan agar mesti memiliki hubungan nyata dengan tanaman yang ada di sekitar mereka.
“Jangan hanya mengetahui nama tanaman dari internet saja; tapi juga kenali bentuk aslinya, warnanya, hingga karakteristik ilmiahnya. Kehadiran anak muda berperan penting untuk melanjutkan gerakan ini hingga lintas generasi,” ungkapnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













