“Dulu mereka masih anak-anak, sekarang sudah remaja. Bahkan adiknya juga udah ikutan di sini juga. Rasanya terharu karena ternyata aku melihat mereka berkembang,” lanjutnya.
Tergabung dalam komunitas yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak pra sejahtera tentu bukan hal yang mudah. Terlebih, kegiatan ini bersifat suka rela tanpa berbayar. Vira pun sadar bahwa salah satu alasan yang membuatnya bisa bertahan lama adalah kecintaanya terhadap anak-anak.
“Kebetulan emang suka mengajar. Bahkan kalau lagi merasa hampa atau jenuh aktivitas sehari-hari, ya milih ketemu adik-adik Satoe Atap, habis itu full lagi energinya,” akunya.
Senada dengan Vira, pengajar lain, Pratama Ilham juga mengungkapkan alasannya bertahan mengajar di Satoe Atap. Ia menganggap kegiatan pengajaran sebagai pelepas stres setelah seharian lelah bekerja.
“Kadang habis kerja mampir ke sini karena bisa sebagai stress release. Saya mendampingi adik-adik sampai tumbuh besar itu seperti sebuah anugrah,” kata Tama yang tergabung dalam kepengurusan Komunitas Satoe Atap.
Vira, Tama dan pengajar lain nampaknya sepakat, bahwa bergabung di Satoe Atap adalah bentuk keikhlasan mengabdi dalam bidang pendidikan. Meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengajari anak-anak pra sejahtera tentu tidak mudah, namun mereka selalu berharap agar pengajaran yang mereka lakukan dapat berdampak positif pada kehidupan anak-anak didik mereka.
“Semoga adik-adik bisa berkembang, tidak hanya dari sisi pendidikannya aja tapi keterampilan mereka terasah. Semoga di Satoe Atap mereka bisa menemukan apa yang mereka sukai dan bisa membuat mereka punya bekal untuk melanjutkan hidup,” harap Vira (*).
Editor: Andi Naga Wulan.