“Hari ini misalnya, saya beli lima kantong benih, satu kantong isi 100 ekor seharga Rp25.000. Total Rp125.000 pakai uang pribadi,” jelasnya.
Sementara itu, Ali Cuplis yang menggemari hobi serupa sejak 2018 mengaku semakin prihatin melihat menurunnya kualitas air dan tingginya sampah di saluran air kota.
Menurutnya, wilayah Semarang Selatan memiliki potensi ekosistem yang lebih baik karena masih memiliki banyak sumber mata air.
“Dulu ekosistemnya bagus, sekarang malah banyak ikan invasif dan sungainya tercemar. Saya lihat ini sebagai bentuk edukasi juga, biar masyarakat tahu ikan lokal itu apa,” ujarnya.
Ali menambahkan meski kondisi air sungai saat ini memang tak sebaik dulu. Namun dia tak ingin menyerah. Selama masih ada aliran air yang mengalir, mereka akan terus membawa kantong berisi benih dan menebarkannya satu per satu.
Lebih jauh, Ali menyebut kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga ekosistem sungai. Dia berharap melalui kegiatan kecil seperti ini, pola pikir masyarakat terhadap sungai bisa berubah.
“Kalau menurut saya, sebelum bicara soal peran pemerintah, yang paling penting justru kesadaran masyarakat. Jangan buang sampah sembarangan, apalagi ke sungai. Kadang buang di jalan pun akhirnya nyasar ke sungai juga,” tukasnya.
Keduanya sepakat bahwa misi mereka bukan sekadar melepas benih ikan. Lebih dari itu, mereka ingin mengembalikan fungsi ekologis sungai kota, sekaligus mengajak masyarakat ikut menjaga kebersihannya. (*)
Editor: Elly Amaliyah