SEMARANG, beritajateng.tv – Suasana yang jauh dari keluarga beserta rumah harus dirasakan oleh mahasiswa internasional di Indonesia. Salah satunya Abdul Aziz Agbo (21), mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) itu harus menjalani bulan suci Ramadan kedua kalinya di Semarang, jauh dari Ghana.
Kampung halamannya di Ghana, Afrika Barat, sana membuat Abdul tak bisa berkumpul dengan keluarganya saat Lebaran nanti. Kendati demikian, Abdul mengaku tak begitu merasakan home sick saat menjalani puasa di Indonesia.
Bagi Abdul, ramahnya orang Indonesia menjadi kehangatan yang ia rasakan. Sehingga, ia mengaku tak merasa kesepian saat berkuliah maupun berpuasa di Kota Semarang.
Kepada beritajateng.tv, Abdul menuturkan suasana bulan suci Ramadan di Ghana dan Indonesia tak berbeda jauh. Pasalnya, penduduk yang memeluk agama Islam di negeri itu tergolong cukup banyak. Namun, waktu berpuasa yang lebih lama di Ghana menjadi salah satu perbedaan bagi Abdul.
“Di Ghana itu sahurnya jam 3, buka puasanya jam 7 malam. Jadi lebih lama di sana,” ujar Abdul saat beritajateng.tv temui di Unimus, Kamis, 21 Maret 2024 sore.
Kata Abdul, cuaca Semarang dan Ghana sama
Menjalankan ibadah puasa di Indonesia, khususnya Semarang tak cukup sulit baginya. Sebab, antara Semarang dan Ghana, menurut Abdul, memiliki cuaca yang sama.
“Cuacanya juga hampir sama, ada musim kering [kemarau] dan hujan,” jelas Abdul.
Hampir dua tahun menjalani perkuliahan di Semarang, Abdul cukup fasih berbahasa Indonesia. Meskipun begitu, ia tetap banyak menggunakan bahasa Inggris saat berbicara.