SEMARANG, beritajateng.tv – Maulana Fatahillah Adzima, siswa kelas XII SMA Negeri 3 Semarang berhasil diterima di 21 universitas ternama luar negeri.
Tak tanggung-tanggung, Maulana Fatahillah berhasil mendapatkan 27 LoA (Letter of Acceptence) yang tersebar dari kampus 8 negara. Yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia, Singapura, Inggris, Bulgaria, Spanyol, dan Belanda.
Adapun 21 universitas yang menerima Maulana Fatahillah diantaranya University of California (UC) Berkeley, Wageningen University, University of New South Wales, University of Sydney, University of Toronto Scarborough, Monash University, Nanyang Technological University, hingga University of Manchester.
BACA JUGA: Hebat! 2 Putra Putri asal Blora Diterima di 10 Kampus Luar Negeri
Beberapa universitas bahkan menerima Maulana Fatahillah pada tiga program studi sekaligus.
“Contohnya di Belanda itu di Wageningen University, itu saya mendapatkan 3 LoA, jurusan Food Techonology, Environmental Sciences, dan Marine Sciences,” tutur Maulana kepada beritajateng.tv di SMA Negeri 3 Semarang, Selasa 27 Juni 2023.
Keinginan Maulana untuk berkuliah di luar negeri tentu bukan tanpa alasan. Siswa yang berasal dari Banyumanik tersebut nyatanya mulai tertarik melanjutkan pendidikan S-1 pada universitas luar negeri sejak mengikuti pembinaan Beasiswa Indonesia Maju.
“Jadi selama setahun saya dalam pembinaan sebagai salah satu penerima beasiswa dari Kemendikbudristek dan Kemenkomarinves. Itu saya berkesempatan mengajar S-1 di luar negeri dan mendaftar pada beberapa universitas,” lanjut alumni SMP Negeri 2 Semarang tersebut.
Perburuannya pun mulai sejak bulan Desember 2022. Berbeda dengan kebanyakan universitas Indonesia, untuk dapat mendaftar pada universitas luar negeri, Maulana harus menyusun esai.
“Esai biasanya saya mengangkat ketertarikan saya pada bidang olimpiade. Selama SMA saya menekuni dan mengikuti berbagai kompetisi bidang olimpiade yaitu bidang geografi dan kebumian,” ungkap Maulana.
Maulana Fatahillah awalnya sempat pesimis
Siapa sangka Maulana sempat pesimis akan mimpinya berkuliah di luar negeri. Ia mengaku tak percaya diri akan kemampuannya, yang kemudian membuatnya ‘kalap’ mendaftar ke banyak universitas.