“Kita mau jualan lebih luas lagi. Makanya kita bentuk salah satu kopi susu keliling, biar semua orang yang gak pernah atau gak ada waktu ke cafe, yang memang hidupnya lebih banyak di jalan, bisa merasakan kopinya kita,” tutur Syafiq.
Brand ternyata ‘anak’ dari coffee shop terkenal di Kota Semarang, apa itu?
Memiliki cita rasa kopi yang tak jauh berbeda dengan coffee shop, Syafiq mengaku brand ini merupakan anak dari salah satu coffee shop terkemuka di Kota Semarang, ialah Dikala Kopi. Ia pun mengaku peracik kopi starling ala Disaat Ngopi dilakukan oleh barista.
“Pengalaman kita dari coffee shop, standarnya sudah seperti standar coffee shop. Kopi yang fresh, itu memang standar kita,” ucap dia.
Menurutnya, bisnis kopi dengan metode starling ini jauh berbeda dengan coffee shop, utamanya dari biaya operasional.
“Kalau coffee shop kan bangunannya harus bagus, kalau ini [starling] kita cukup beli sepeda. Terus bikin kopi susu, cari orang, tapi tetap ya harus beserta standar service. Jadi memang kita punya standar service yang harus customer tau, kalau kopi kita fresh dari coffee shop,” ungkap Syafiq.
Bahkan, jika ada pembandingan antara starling dengan coffee shop, Syafiq menyebut perbandingan yang cukup signifikan dari segi biayanya.
“Kalau perbandingan modal antara starling dan coffee shop di Kota Semarang, lima sepeda starling itu setara satu coffee shop dari segi pemodalan. Dalam artian juga kita pakai cup yang berkualitas, kopi berkualitas, sepedanya juga berkualitas,” terang Syafiq.
Rahasia di balik harga murahnya
Menjual menu kopi susu ala coffee shop dengan harga Rp8 ribu saja tentu memantik pertanyaan banyak pihak, bagaimana keuntungan starling satu ini? Penentuan harga itu, kata Syafiq, telah melalui banyak pertimbangan. Dengan merogoh kocek yang ramah di kantong, semakin luas menjangkau kalangan pelanggan.
“Kita pikir begini, kalau harganya Rp8 ribu, semua kalangan bisa membelinya, jadi revenue [pendapatan] lumayan besar karena yang beli banyak. Walau untungnya sedikit, itu tetap bakal terasa, karena harga Rp8 ribu affordable banget,” tutur Syafiq.
BACA JUGA: Mencicip Kopi di Laiv Cafe, Kedai Tengah Kota Semarang Berkonsep Minimalis, Ada Self Photo Juga!
Bahkan, starling ini bisa menjual hingga 2.500 cup kopi dalam sehari untuk semua unit starling yang berjualan. Dengan omzet yang mencapai dua digit.
Di tengah gempuran starling yang meramaikan penjuru Kota Semarang, Syafiq tak merasa khawatir akan bisnis ini.
“Tinggal bagaimana kita tetap bisa stabil dan konsisten dari segi operasional, rasa, dan lain lain. Aku yakin gak akan merasa tersaingi,” tandas dia. (*)
Editor: Farah Nazila