SEMARANG, beritajateng.tv – Kecamatan Sayung di Kabupaten Demak kini tengah jadi sorotan lantaran banjir rob. Akademisi asal Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Mila Karmilah mengemas ironi masyarakat Sayung ke dalam sebuah buku bertajuk ‘Urip Dioyak-oyak Banyu’.
Terletak di wilayah Pantai Utara, kecamatan itu secara menahun jadi langganan banjir rob. Bahkan, terdapat tiga wilayah yang terancam musnah di Kecamatan Sayung, yakni Desa Sriwulan, Desa Bendono, dan Desa Purwosari.
‘Urip Dioyak-oyak Banyu’ atau ‘hidup dikejar-kejar air’ bagi Mila merupakan frasa yang tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat Sayung hingga saat ini.
BACA JUGA: Banjir Rob Pantura Tak Pernah Usai, Sekda Jateng Ungkap Faktor Penyebab Ini
Dilema pembangunan infrastruktur yang tak berpihak kepada mereka menjadi gambaran besar terhadap buku yang ia tulis.
“Bagaimana pergulatan warga di Sayung itu, bahwa sebenarnya mereka itu hidupnya sudah sangat baik. Hanya kemudian banyak terkait dengan infrastruktur, yang tidak semua infrastruktur sebenarnya buat mereka, tetapi lebih ke beberapa terkait dengan industri. Kemudian misalnya ada pembangunan di Semarang dan sebagainya. Nah, itu berdampak ke mereka,” ucap Mila usai kegiatan bedah buku.
Bagi Ketua Program Studi (Prodi) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) tersebut, masifnya pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah setempat bukannya memberdayakan, justru membuat penduduk sekitar semakin menderita.
Buku ‘Urip Dioyak-oyak Banyu’ Perbincangkan Kasus Ekologi di Sayung
Bedah buku ‘Urip Dioyak-oyak Banyu’ sekaligus diskusi ekologi yang berlangsung di Ruang Seminar lantai 2, Unissula, Kota Semarang, Senin, 17 Juli 2023 tersebut beroleh respons baik dari penanggap sekaligus mahasiswa yang hadir. Sebagai penulis, tak lupa Mila berharap agar buah karyanya berdampaik baik, khususnya bagi warga Kecamatan Sayung.