“Salah satu yang gugur [saat itu] ya saya, food truck mobil dan seisinya udah saya jual, efek pandemi,” ucap Mei.
Usaha food truck butuh modal besar di awal, tapi jangka panjang
Mei dan beberapa anggota KFS yang masih bertahan kini berusaha bangkit kembali pascapandemi Covid-19. Menggeluti food truck sejak 2016, mereka paham betul geliat industi satu ini.
Fleksibel memang merupakan keunggulan utama berjualan menggunakan food truck. Bisa dibilang, mereka bebas memilih lokasi dan target pasarnya.
Bicara modal, modal untuk merintis usaha food truck ternyata tak murah. Bahkan, modal awal melebihi jika berjualan di ruko atau gedung permanen.
Mei menyebut, butuh sekitar Rp200 juta hingga Rp300 juta untuk menyulap satu minivan hingga siap berjualan. Meski begitu, angka tersebut terbilang sebagai investasi berkelanjutan.
BACA JUGA: Libur Sekolah, Wisata ke Lawang Sewu Bisa Sekalian Jajan Food Truck ala Korea, Catat Tanggalnya!
“Misal sewa gedung Rp30 juta per tahun, misal dari 2016, 8 tahun, udah Rp240 juta sendiri. Baru sewa, belum mikirin biaya lain,” ucapnya.
Sementara food truck, dalam kondisi terburuk seperti bangkrut, kerugiannya tentu dapat diminimalisir. Sebab, mobil bekas food truck masih bisa dijual kembali dengan harga yang tak terlalu berbeda dari saat membeli.
“Usaha food truck sekarang masih menjanjikan, apalagi pascapandemi mulai banyak acara atau konser. Itu peluang bagi food truck,” tandas Mei. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi