Hal itu bukan tanpa sebab. Alasannya, kata Item, di era 90-an, hanya kelas menengah atas yang mampu memodifikasi mobil atau motor. Tapi sekarang, semua orang bisa melakukannya dengan budget terbatas.
“Pada saat kami sharing tentang modifikasi, sebaiknya mobil atau motornya di restorasi seperti bawaan pabrik pada masanya di era 90 an, ketika berbicara memodifikasi bahkan custom, ya sesuai tema dan pada era 90 an yang beken pada saat itu,” tuturnya.
Di sisi lain, meski tidak memiliki sistem keanggotaan yang terstruktur, Semarang 90’s kini telah merangkul lebih dari 200 orang dari berbagai latar belakang.
BACA JUGA: Barbar! Viral Komunitas CB Bikin Minimarket Rugi Jutaan dan Rusak Mobil Artis: RIP Kemanusiaan
Bagi mereka, komunitas ini bukan sekadar hobi, tapi tempat menyalurkan kerinduan pada era yang dianggap punya vibe tak tergantikan.
Ia menyebut, era 90-an adalah era transisi menuju modernisasi. Tapi bagi Semarang 90’s, era tersebut tetap memiliki sisi kesederhanaan dan kebersamaan yang kental.
“Dan itulah yang bikin kami rindu. Semarang 90’s menjadi ruang untuk mengenang sekaligus merawat budaya itu,” pungkasnya. (*)
Editor: Farah Nazila