“Daerah yang berpotensi rawan banjir di Jawa Tengah memang daerah Pantura karena konturnya rendah. Misalkan Kota Semarang bagian utara, daerah pesisir, kemudian Demak juga,” ungkap Chomsul.
Selain daerah tersebut, wilayah pesisir serta kabupaten/kota yang memiliki daerah aliran sungai (DAS) juga rawan banjir, seperti Pati, Kudus, Pekalongan, Klaten, dan lainnya.
BACA JUGA: DPU Kota Semarang Percepat Pengerukan Sedimen Kali Sringin, Cegah Banjir Musim Hujan
“Pati juga ada daerah aliran Sungai Juwana, kemudian Kudus ada Sungai Wulan, juga Pekalongan. Klaten di sana juga sering karena ada Sungai Dengkeng, lalu Banyumas. Itu daerah yang memang memiliki potensi rawan banjir untuk musim hujan di Jateng,” bebernya.
Pihaknya merinci daerah rawan banjir menjadi tiga kelompok, yakni kelas rendah, sedang dan, tinggi.
Menurut keterangannya, Cilacap menjadi daerah yang memiliki luas tertinggi pada kelas rendah dengan luas 2.384 hektare.
Kemudian pada kelas sedang, luas tertinggi bahaya banjir adalah Grobogan seluas 47.626 hektare. Sedangkan pada kelas tinggi ada Demak dengan luas 53.960 hektare.
Tak hanya banjir biasa, banjir bandang juga hantui Jateng
Lebih lanjut, pihaknya menyebut di Jawa Tengah juga ada daerah yang rawan terjadi banjir bandang, terutama wilayah yang daerah aliran sungai (DAS) lalui.
Berdasarkan pemetaan BPBD, potensi luas bahaya banjir bandang seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah seluas 104.332 hektare dan berada pada kelas tinggi.
Sementara kabupaten/kota yang memiliki luas tertinggi bahaya banjir bandang pada kelas rendah, sedang dan tinggi adalah Brebes dengan luas 1.465 hektare, 4.746 hektare dan 9.574 hektare.
“Daerah rawan banjir bandang juga kami sudah petakan. Terutama daerah-daerah pegunungan dia punya DAS rusak seperti Banyumas, Brebes, Cilacap itu juga memiliki potensi banjir bandang,” tandas Chomsul. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi