Persiapan untuk menghadirkan produk bertema army ini terbilang singkat, hanya sekitar tiga minggu. Namun, para pelaku UKM bekerja sama secara intensif agar bisa menghasilkan karya yang layak di pamerkan.
“Kami ini ada delapan UKM, keroyokan bareng-bareng, pokoknya ngebut dalam waktu tiga minggu. Ada yang memang sudah biasa memproduksi setiap bulan, ada juga yang membuat desain khusus hanya untuk event ini,” jelas Retno.
Produk UKM Kota Magelang ini menggunakan bahan yang cukup beragam. Untuk fesyen, ada yang menggunakan kain drill, katun, hingga ripstop, jenis kain yang biasa dipakai untuk kebutuhan outdoor karena lebih tahan lama.
BACA JUGA: Pandemi Berlalu, UKM Batik di Kabupaten Semarang Belum Kunjung Bangkit: Masih Lesu dan Sepi
Sementara untuk aksesori, ada yang terbuat dari clay, semen, hingga batik tulis yang memberikan sentuhan khas budaya lokal.
Harga produk yang di tawarkan juga bervariasi, mulai dari Rp10.000 untuk produk kecil seperti gantungan kunci, hingga Rp350.000 – Rp400.000 untuk item premium seperti jaket atau batik tulis.
Beberapa produk bahkan di tawarkan dalam bentuk custom order seperti plakat, gelas dan mangkuk keramik.
Konsep untuk memperkuat identitas Magelang
Bagi Retno, konsep “Army Look” tidak hanya menjadi tren fesyen, tetapi juga simbol identitas Kota Magelang. Dengan mengangkat tema ini, UKM lokal harapannya mampu menunjukkan ciri khas daerah sambil mengikuti selera pasar modern.
“Masyarakat bisa melihat bahwa produk lokal juga bisa tampil kekinian. Harapannya, produk UKM Magelang makin dikenal luas dan mampu bersaing dengan produk nasional maupun internasional,” jelasnya. (*)
Editor: Farah Nazila