SEMARANG, beritajateng.tv – Kota Semarang mulai mengalami inflasi setelah beberapa bulan terakhir mengalami deflasi berturut-turut. Inflasi ini menandakan adanya perbaikan dalam perekonomian ibu kota Jawa Tengah.
Kepala BPS Kota Semarang, Rudi Cahyono, menjelaskan bahwa inflasi yang terjadi saat ini merupakan indikator positif setelah periode deflasi.
“Data BPS menunjukkan bahwa deflasi terjadi lima kali di Kota Semarang, mulai pada Januari dengan deflasi -0,11 persen. Lalu berlanjut dari Mei hingga Agustus dengan deflasi berturut-turut,” paparnya.
Deflasi di bulan Mei 2024 tercatat sebesar -0,21 persen, diikuti Juni -0,26 persen, Juli -0,13 persen, dan Agustus -0,04 persen.
BACA JUGA: Tegal Tertinggi dan Semarang Terendah, BPS Ungkap 2 Komponen Ini Pengaruhi Inflasi di Jawa Tengah
Namun, situasi perekonomian mulai membaik pada September 2024, dengan inflasi mencapai 0,01 persen. Yang kemudian meningkat pada Oktober menjadi 0,2 persen.
“Inflasi setelah beberapa bulan mengalami deflasi ini adalah suatu hal yang baik. Ini menunjukkan pemulihan ekonomi di Semarang,” ujar Rudi saat Seminar Statistik Harga: Inflasi dan Daya Beli di Khas Semarang, Rabu, 6 November 2024.
Menurut Rudi, deflasi sebelumnya mengindikasikan adanya pelemahan daya beli masyarakat. Penyebabnya beberapa faktor seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan kelompok kelas menengah.
“Inflasi saat ini patut kita syukuri. Dan kami berharap target pemerintah untuk menjaga inflasi di kisaran 1,5 – 3,5 persen pada akhir tahun dapat tercapai,” tambahnya.
Faktor Penyebab Inflasi
Rudi menjelaskan, beberapa faktor yang menyebabkan inflasi di Semarang di antaranya adalah perbaikan pendapatan rumah tangga.
Beberapa komoditas yang berkontribusi terhadap inflasi meliputi emas yang memberikan andil sebesar 0,057 persen, bahan bakar rumah tangga 0,046 persen. Daging ayam ras 0,039 persen, upah asisten rumah tangga 0,034 persen, dan nasi dengan lauk 0,033 persen.