Namun, keputusan serba cepat itu malah menimbulkan kontroversi.
Banyak yang meragukan bagaimana sebuah proyek animasi bernilai miliaran rupiah dapat selesai dalam waktu sesingkat itu, terlebih dengan tingginya harapan penonton Indonesia saat ini.
Besarnya Nominal Biaya Produksi
Salah satu hal yang paling mencuri perhatian adalah besarnya biaya produksi film ini yang mencapai Rp 6,7 miliar jumlah yang tergolong tinggi untuk sebuah animasi lokal.
Meski begitu, muncul polemik karena kualitas visual dalam trailer dianggap tidak sepadan dengan dana yang terkuras.
BACA JUGA: Labinak: Mereka Ada di Sini, Film Horor Indonesia tentang Sekte Kanibalisme dan Kritik Sosial
Bahkan, sejumlah warganet menilai hasil animasinya lebih menyerupai tugas akhir mahasiswa daripada karya untuk layar lebar.
Situs Resmi Sulit Diakses
Film ini garapan Perfiki Kreasindo, sebuah studio yang berada di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Namun, banyak warganet mengaku kesulitan menemukan informasi lebih detail mengenai rumah produksi tersebut. Situs resminya bahkan tidak dapat terakses dan hanya menampilkan pesan error “403 Forbidden”.
Kurangnya informasi resmi ini kemudian menimbulkan dugaan bahwa proyek tersebut belum benar-benar siap dirilis secara luas, atau mungkin masih terkendala infrastruktur digital yang belum memadai. (*)