Scroll Untuk Baca Artikel
Gaya Hidup

Lewat Pameran Seni, Suguhkan Perspektif Berbeda Para Tuna Netra

×

Lewat Pameran Seni, Suguhkan Perspektif Berbeda Para Tuna Netra

Sebarkan artikel ini
pameran seni di semarang
Pengkarya Silvani Andalita dan fotografer Ridho K. Sampurno menggelar Pameran Fotografi bertajuk ‘Different Shoot From Another Perspective’ di Tandhok Artspace. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

“Mulai dari sejarah mereka mengalami kebutaan, bagaimana mereka menjalani hidup sehari-hari, indra apa yang mereka pakai, kesibukannya,” bebernya.

Menghadirkan huruf braille untuk teman-teman tunanetra di pameran Semarang

Tak berhenti di situ, Silvani ingin teman-teman tuna netra juga bisa menikmati pameran ini. Namun, mereka adalah orang buta dengan keterbatasan indra penglihatan.

Dari belasan difabel netral yang mengikuti kegiatan ini, sebanyak 90 persen merupakan buta total atau totally blind. Satu-satunya cara agar mereka bisa menikmati adalah dengan mengkonversi segala tulisan dari huruf latin menjadi huruf braille.

“Aku minta tolong Yayasan Mitra Netra ke Jakarta langsung untuk bantu menerbitkan huruf braille, karena di Semarang nggak bisa,” kisah Silvani.

Sementara itu, sang fotografer, Ridho K. Sampurno juga menceritakan pengalamannya. Terbiasa memotret model berpengalaman, Ridho merasa tertantang ketika harus mengarahkan para tuna netra.

Ia pun tak mau jika hasil fotonya biasa-biasa saja. Akhirnya, Ridho serius dalam melakukan sesi pemotretan dengan menambahkan ornamen seperti pakaian, aksesoris, hingga make up artist.

“Konsepnya agar mereka tidak dipandang sebelah mata. Aku ingin menunjukkan bahwa mereka juga sama dengan kita, bisa bergaya, pakai pakaian branded, dan lain-lain,” kata Ridho.

BACA JUGA: Bermacam Bonsai Unik Hiasi Pameran Piala Alugoro Cup Blora, Pol Apik Capai Ratusan Juta Rupiah

Untuk tema, Ridho memilih tema hitam putih. Seluruh foto yang terpajang dalam pameran diputuskan untuk tak berwarna.

Alasannya, kata Ridho, untuk mencoba perspektif melihat dari sisi tuna netra.

“Kenapa hitam putih, karena bagaimana mereka mendefinisikan warna kalau dari lahir nggak tahu warna, bahkan nggak tahu hitam itu kaya apa, akhirnya diputuskan hitam putih saja,” tandasnya. (*)

Editor: Farah Nazila

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan