BACA JUGA: Dalami Semangat Juang Presiden Pertama RI Lewat Pameran Lukisan Bung Karno di Oudetrap
Lebih lanjut, ia mengharapkan budaya hidup sehat bisa menjadi kebiasaan, menjadi kesadaran, dan tindakan bersama menuju kota yang sehat.
Dalam rapat tersebut, membahas strategi dan kesiapan lintas sektor dalam penilaian Swasti Saba. Yang berlangsung dua tahun sekali oleh pemerintah pusat.
Agustina juga menekankan bahwa kota sehat harus menjadi kesadaran bersama, bukan sekadar proyek pemerintah.
Ia juga memberi apresiasi khusus kepada para relawan yang selama ini bekerja secara senyap tanpa sorotan publik.
“Mungkin belum mendapat apresiasi apa pun, tapi kerja panjenengan sangat berarti. Saya yakin apresiasi tertinggi kawan-kawan adalah saat predikat Wistara dapat kita raih kembali,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Abdul Hakam, menyebut keberhasilan Forum Kota Sehat bergantung pada kekompakan dan pemberdayaan masyarakat.
“Forum ini independen, namun tidak bisa berdiri sendiri. Kami masih punya PR di beberapa tatanan, termasuk kehidupan masyarakat sehat mandiri dan penanggulangan bencana,” ujar Hakam.
Sedangkan, Ketua Forum Kota Sehat, Prof. Hanifa Maher Denny, menekankan pentingnya perubahan budaya sebagai inti kota sehat.
“Semarang itu kota cantik, tapi kalau masih ada TBC, Bu Wali pasti tidak tenang. Kota sehat bukan soal anggaran, tapi kesadaran kolektif,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Semarang bisa unggul melalui tatanan aktivitas fisik dan pemanfaatan taman kota. “Kesehatan bukan hanya soal berobat, tapi soal kebiasaan sehari-hari. Bngun pagi, bergerak, minum air putih, masak sendiri, bahkan menanam kelor,” imbuhnya.
Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong lintas sektor, Semarang menatap Swasti Saba Wistara bukan sebagai akhir. Melainkan sebagai pengakuan atas komitmen nyata membangun kota sehat dari dalam oleh dan untuk masyarakatnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah