Selain adrenalin, Gerald menyebut jika rasa kekeluargaan antar skater juga memicu menjamurnya komunitas skateboard. Terlebih, mereka terbiasa berkelompok saat bermain.
Tak heran jika dengan skateboard, orang dari berbagai latar belakang bisa bersatu dan berkumpul bersama.
“Karena yang selalu dihargai teman-teman skateboard itu, kalau ada yang nyoba selalu saling nyemangatin, motivasi, memberi masukan satu sama lain,” sambungnya.
Tuntutan akan skatepark yang lebih memadai
Namun sayangnya, perkembangan skater di Kota Semarang tak dibarengi dengan fasilitas yang mumpuni. Gerald menyebut, Kota Semarang masih belum memiliki skatepark yang layak dan mumpuni.
Ia mencontohkan, skatepark di GOR Tri Lomba Juang (TLJ) mungkin hanya bisa untuk bermain santai. Bukan untuk melahirkan atlet berprestasi.
“Secara fasilitas belum bisa mencetak atlet lah, karena skatepark kan tujuannya mengasah trik-trik dan melahirkan atlet, tapi kalau di sini masih sangat kurang,” keluhnya.
Beruntung, skater di Semarang mandiri. Mereka akan inisiatif mencari dan menilai suatu tempat yang memang layak untuk bermain skateboard. Misalnya di Simpang Lima Semarang dan Taman Pandanaran.
BACA JUGA: Menjalani Hidup Lebih Sehat, Perhatikan Berikut ini Supaya Kamu Tidak Malas Olahraga
Namun tetap saja, karena bukan khusus skatepark, jadwal latihan mereka sering kali bertabrakan dengan agenda lain. Ujung-ujungnya mereka harus mengalah dan mencari tempat lain.
“Padahal kalau mau bikin skatepark itu simpel, yang penting libatkan komunitasnya, karena kita yang bisa memberikan masukan dan kebutuhan, di Semarang ini seringnya mereka bikin kita nggak dilibatkan,” tandas Gerald. (*)
Editor: Farah Nazila