SEMARANG, beritajateng.tv – Sepanjang tahun 2023, keluhan terbanyak yang konsumen Jawa Tengah ajukan ialah masalah perumahan. Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng, Abdun Mufid mengungkap ada sekitar 4 (empat) laporan yang masuk ke pihaknya terkait masalah dengan pengembang perumahan.
Menurut Mufid, konsumen rumah kelas menengah bawah adalah yang paling banyak mengalami masalah dengan pengembang perumahan. Adapun jenis aduan konsumen yang menyangkut perumahan juga banyak jenisnya, salah satunya pengembang yang tak menepati janji di awal kesepakatan.
“Tidak hanya rumah subsidi ya, macam-macam tipe rumah. Kebanyakan memang perumahan menengah ke bawah. Kasusnya juga macam-macam, yang sering terjadi itu pengembang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang dijanjikan,” ujar Mufid saat beritajateng.tv hubungi pada Jum’at, 19 Januari 2024.
Mufid menuturkan, janji yang tak pengembang perumahan tepati itu salah satunya tak segera membangun rumah yang telah konsumen beli.
“Jadi rumahnya mereka biarkan terlantar begitu saja, padahal konsumen sudah membayar. Ada yang mengangsur, cash. Konsumen dalam posisi susah dan terjebak, kalau dia membatalkan susah kembali uangnya, kalau mereka teruskan tidak jelas kelanjutannya,” ungkap Mufid.
Namun, kasus terparah bukanlah hal itu menurut Mufid. Bahkan, lanjutnya, ada konsumen yang mau tidak mau harus berurusan dengan status kepemilikan tanah, lantaran pengembang perumahan yang belum menyelesaikan kewajibannya.
“Ada juga yang lebih parah, status dari kepemilikan tanah yang dijual belikan pengembang kepada konsumen itu tanahnya belum jadi milik pengembang. Melainkan masih jadi hak orang lain yang merupakan pihak ketiga,” ujarnya.
BACA JUGA: Pengembang Bermasalah, Meski Bersengketa Perumahan Mutiara Arteri Tetap Jual Unit
Mufid menuturkan, dari aduan konsumen yang masuk ke pihaknya, tak semua pengembang itu memiliki tanah sehingga harus bekerja sama dengan pihak ketiga, yaitu pemilik tanah.