“Saya tidak mau menggunakan fasilitas kepemerintahan. Maksud saya agar ini ditiru oleh orang lain, kemudian situasinya tidak berimbang. Pihak lain tampak menggunakan jabatan, saya ingin memberi pelajaran etika kepada para pejabat,” ujar Mahfud.
Usai acara berlangsung, Mahfud MD menjelaskan lebih lanjut pertimbangannya untuk tak mundur dari kabinet begitu saja. Utamanya, ia menaruh etika kepada Jokowi sebagai sosok yang memberikannya jabatan penting tersebut.
“Pertimbangannya perlu etika saya kepada Pak Jokowi. Saya dulu beliau angkat dengan sangat terhormat, dengan penuh kepercayaan, dan saya harus menyiapkan masa transisi baik-baik. Karena saya akan bersama capres saya yang lain, Ganjar Pranowo. Saya sudah sepakat dengan Pak Ganjar untuk mundur pada momentum yang tepat,” ujar Mahfud.
Selama masa kampanye berlangsung, ia pun menegaskan tak meminta protokoler pemerintahan menjemputnya saat menyambangi daerah dan bertemu masyarakat.
BACA JUGA: Jawaban Prabowo Soal Anggaran Kemenhan Rahasia, Mahfud MD: Ngomong Berdua Itu Rembukan, Bukan Debat
“Pertimbangan ini menjadi sangat penting pada situasi sekarang, karena selama 3 bulan saya sudah memberi contoh sebagai menteri yang menjadi cawapres. Saya tidak sedikit pun menggunakan fasilitas negara ketika pertemuan kampanye. Tidak minta protokoler lebih dari yang pemerintah, KPU tentukan. Saya tidak meminta didampingi pejabat atau apa pun, kecuali yang melekat secara hukum diberikan pemerintah,” tegasnya.
Terkait kapan akan mengundurkan diri sebagai Menkopolhukam, Mahfud MD tak menjawab secara spesifik. Alasannya, perlu pembicaraan lebih lanjut antara partai pengusung, TPN, hingga presiden.
“Secara kenegaraan dan etika, sebagai menteri harus ikut apa yang digariskan presiden, tapi sebagai cawapres harus ikut partai pengusung, bertemu dengan TPN juga. Nanti akan kami tentukan cara yang terbaik, bukan cara yang meremehkan atau ngambek,” tandasnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto