“Mereka datang ke mal untuk coba produk, terutama barang mahal seperti sepatu atau barang branded. Setelah cocok, baru beli di marketplace karena harganya lebih murah,” katanya.
Fenomena ini juga menandakan adanya pergeseran perilaku belanja offline untuk eksplorasi, online untuk transaksi.
BACA JUGA: Viral Istilah ‘Rojali dan Rohana’, Sindiran Buat Pengunjung Mal yang Jarang Belanja
Promo Kemerdekaan bisa jadi momen untuk menaikkan daya beli
Meski mal tampak ramai, Westri menekankan bahwa yang berdampak pada ekonomi adalah konsumsi atau belanja nyata masyarakat.
“Yang memengaruhi perekonomian itu bukan keramaiannya, tapi belanjanya. Kalau cuma jalan-jalan tapi enggak belanja, ya enggak berpengaruh,” tegasnya.
Namun, ia mencatat bahwa sektor kuliner di mal tetap menjadi titik belanja aktif. “Orang mungkin tidak beli baju, tapi mereka beli minum atau makanan. Itu tetap bentuk konsumsi yang menggerakkan ekonomi,” ujarnya.
Menjelang Hari Kemerdekaan 17 Agustus, sejumlah mal memberikan promo khusus seperti diskon dan harga spesial. Westri percaya momen ini tetap efektif menarik masyarakat untuk belanja offline.
“Biasanya mal kasih diskon khusus bagi pengunjung yang pakai merah putih atau setelah ikut upacara. Ini tetap akan jadi daya tarik,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi