SEMARANG, beritajateng.tv – Belakangan ini, kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kian marak terjadi, bahkan hingga memakan korban. Sebut saja kasus KDRT di Sendangguwo beberapa waktu yang lalu.
Meski kerap berakhir dengan perdamaian, KDRT tentu berdampak buruk bagi kehidupan korban. Tidak hanya secara fisik, KDRT juga memengaruhi korban secara emosional.
Selain korban yang umumnya antara suami atau istri, KDRT nyatanya juga berdampak besar bagi psikologis anak-anak yang menyaksikannya.
Psikolog Praktik asal Kota Semarang, Probowatie Tjondronegoro menjelaskan bahwa anak-anak walau tidak mendapatkan dampak secara langsung dari KDRT, mereka sering kali menjadi saksi bisu dari pertengkaran atau kekerasan yang terjadi di antara kedua orang tua mereka. Akibatnya, anak akan memiliki kecenderungan yang sama untuk melakukan perilaku KDRT di masa depan.
BACA JUGA: Ramai Kasus Istri di Sendangguwo Tewas karena KDRT Suami, Ini Kata Psikolog dari Sisi Pelaku
“Sewaktu kecil anak selalu melihat bahwa masalah bisa diselesaikan dengan memukul, bertengkar. Itu akan menjadi rekaman di memorinya. Sehingga saat anak dewasa dan berumah tangga, ada potensi untuk terulang, karena anak itu belajar model dari orang-orang terdekatnya,” jelas Probowatie Tjondronegoro kepada beritajateng.tv melalui sambungan telepon, Selasa, 29 Agustus 2023.
Lebih lanjut, Probo menuturkan bahwa anak dengan background keluarga atau lingkungan yang dekat dengan kekerasan cenderung akan terbiasa menghadapi kekerasan. Nantinya, mereka akan menganggap kekerasan adalah suatu hal yang wajar.
