“Biasanya yang dorong gerobak anak, karena anak juga sama jualan batagor. Tapi kalau terpaksa nggak ada orang, saya dorong sendiri. Sampai orang-orang pada heran tapi saya kuat-kuat aja,” tambahnya.
Dalam berjualan, Suyuti tak sepenuhnya sendiri. Ia terkadang ditemani oleh sang istri dan anak-anaknya. Apalagi, salah satu anaknya juga berjualan batagor tidak jauh dari tempatnya, yakni di depan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang.
Batagor Mbah Suyuti makin ramai setelah masuk medsos
Sementara itu, kisah Suyuti mulai terekspos di media sosial beberapa waktu terakhir. Tak sedikit foodvlogger yang kemudian mengunjungi dagangannya.
Suyuti pun merasakan efeknya. Bahkan, jualannya pernah ludes terjual hanya dalam tiga jam. Sekarang, ia bisa mendapat omset hingga Rp700 ribu.
“Penjualannya naik cepet banget, kadang kalau nggak ramai cuma dapat omset Rp100 ribu bahkan kadang nggak habis. Seminggu ini mulai rame terus, makanya saya tambahin porsinya. Saya senang sekaligus bersyukur,” ucapnya.
Mbah Suyuti berjualan setiap hari mulai jam 14.00 sampai 21.00 WIB. Untuk harganya, satu porsi batagor Mbah Suyuti dibanderol mulai dari Rp12 ribu hingga Rp15 ribu. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi