Lebih lanjut, Amir menyebut bahwa pelatih klub bola tersebut di kala itu, Cornelis Soeradi, adalah pelatih yang paling berjasa memoles bakat Ribut. Sebab, karakter Ribut yang emosional tentu tidak mudah ditangani.
Apalagi, popularitas yang tiba-tiba datang sempat membuat Ribut silau. Ia beberapa kali melakukan hal kontroversial.
“Pernah suatu ketika, saya mengkritik, dia marah. Tapi akhirnya dia menyadari apa yang saya sampaikan itu konstruktif untuk membangun kekurangan-kekurangan. Awalnya dia juga sempat star syndrome,” kata Amir.
Namun demikian, Amir tak menampik bakat dan kemampuan Ribut. Keistimewaannya dalam menyisir garis pertahanan lawan dan punya kemampuan penyelesaian akhir yang cukup bagus menjadi salah dua alasan Ribut menjadi pemain legenda Indonesia dan PSIS Semarang.
“Kalau saya mengenang Ribut Waidi itu sebagai pemain alam. Karena tau-tau besar sudah bagus dan dipoles sama pelatih yang punya kompetisi,” tandasnya.
Sementara itu, meski telah tutup usia pada hari Minggu tanggal 3 Juni 2012, sosok Ribut masih lekat di dalam lubuk hati suporter PSIS Semarang.
Mantan Ketua Umum Panser Biru, Benny Setiawan salah satunya. Benny masih ingat betul momen ikonik dari Ribut. Yakni ketika Ribut sukses melesakkan gol ke gawang Malaysia pada perhelatan SEA Games 1987 dan mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games untuk pertama kalinya.
“Nama Ribut Waidi abadi karena salah satu pemain sukses dan berprestasi yang pernah PSIS miliki,” katanya.(*)
Editor: Farah Nazila