SEMARANG, beritajateng.tv – Tiap benda pasti memiliki cerita. Begitu pula dengan patung yang berdiri kokoh di pertigaan Karengrejo, Jatingaleh, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang.
Patung tersebut menampakkan seseorang yang sedang menggiring bola, ia adalah Ribut Waidi, legenda PSIS Semarang medio 1984-1992.
Pemerintah Kota Semarang mendirikan patung Ribut Waidi pada 2003 silam. Lokasinya yang berada di jalur utama menuju ke Stadion Jatidiri adalah bentuk penghormatan atas jasa Ribut bagi tim PSIS Semarang sekaligus tim nasional sepak bola Indonesia.
Pengamat Sepak Bola Jawa Tengah, Amir Machmud NS menilai bahwa tahun 1987 merupakan puncak kejayaan Ribut sebagai pemain sepak bola. Sebab, pada tahun tersebut, selain berhasil merebut medali emas SEA Games, Ribut juga berhasil meraih gelar juara PSIS Semarang di era perserikatan.
Puncaknya, Ribut menyabet gelar pemain terbaik musim 1987 berkat penampilan impresifnya bersama PSIS Semarang dan Timnas Indonesia.
“Ribut Waidi pesepak bola tersukses asal Jawa Tengah. Di tingkat nasional juga dia seharusnya dikenang sebagai legenda,” jelasnya kepada beritajateng.tv, beberapa waktu yang lalu.
Ribut mengawali karirnya di sepak bola dengan menjadi pemain PS Sukun Kudus pada sekitar 1980. Saat itu, pelatih nasional E.A Mangindaan tak sengaja melihat potensi dan bakat Ribut ketika menjadi scouting untuk persiapan Pra PON Jawa Tengah tahun 1983.
Di tangan E.A Mangindaan, potensi dan bakat Ribut terasah dengan sempurna. Ia kemudian pindah ke PS Kuda Luat Pertamina Semarang hingga akhirnya dipinang oleh PSIS Semarang pada tahun 1984.
Sukses jadi legenda PSIS Semarang
Di PSIS Semarang, Ribut sukses mengeluarkan seluruh potensi dan bakat yang ia punya. Hasilnya, ia berhasil menjadi pemain andalan PSIS Semarang medio 1984-1992.
“Dia dari sisi sejarah jadi pemain asal Pati pertama yang memperkuat tim elite di era perserikatan,” kata Amir.