Namun seiring berjalannya waktu, kini sangat jarang perwakilan Yayasan Kartini yang singgah di sekolah tersebut.
“Kalau ada tamu dari Belanda, anak-anak memberikan penampilan. Benar-benar disiapkan. Sampai akhir 80-an masih aktif kunjungan ke sini,” tambahnya.
Perubahan nama Sekolah Kartini menjadi SDN Sarirejo
Lebih lanjut, Suwarni tak paham betul sejak kapan Sekolah Kartini berubah menjadi SDN Sarirejo. Yang pasti, Sarirejo merupakan nama kelurahan lokasi Sekolah Kartini berada.
Ia menduga, selepas kemerdekaan bangunan Sekolah Kartini dikelola oleh pemerintah serta peraturan bahwa seluruh sekolah agar diberi nama sesuai kelurahannya mulai berlaku. Sejak itulah Sekolah Kartini lantas berubah nama menjadi SDN Sarirejo.
“Sepertinya sudah diupayakan kembali ke Kartini, karena ini sekolah khusus nggak seperti sekolah negeri yang lain,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala SDN Sarirejo Alimuddin Aziz menambahkan, kini sekolahnya berstatus sebagai Sekolah Cagar Budaya. Artinya, gedung peninggalan jaman dulu tidak boleh diubah sama sekali.
BACA JUGA: Ilkom USM Gelar 9th Festival Komukino, Ajak Generasi Muda Lestarikan Budaya
Lantaran usia gedung yang sudah puluhan tahun, Aziz menyebut jika pihak sekolah seringkali menemui kendala pada perawatan dan keamanan gedung.
Meski begitu, hal tersebut tidak mengganggu jalannya pembelajaran siswa. Malahan, dapat menjadi nilai tambah SDN Sarirejo.
“Sekarang sekolah dituntut punya kearifan lokal masing-masing. Kalau SD lain kearifan lokal itu budaya setempat, kalau kami punya sosok Kartini,” tamdasnya. (*)
Editor: Farah Nazila