“Manusia juga merupakan makhuk yang gemar melakukan peristiwa perjalanan, di antaranya untuk sekadar jalan-jalan menikmati panorama atau juga rekreasi,” tambahnya.
Fenomena mudik Lebaran, masyarakat kota jadi bersosialisasi
Sementara itu, Agus Maladi Irianto dalam jurnalnya menyimpulkan beberapa hal terkait fenomena mudik Lebaran. Yang pertama, ia menilai fenomena mudik di Indonesia telah menjadi tradisi sekaligus sebagai gerakan paling efektif menyalurkan dana ke daerah.
Yang kedua, Agus menyebut bahwa tradisi mudik terjadi akibat migrasi dari desa ke kota yang kemudian berkembang menjadi urbanisasi yang tak terkendali.
“Ketiga, tradisi mudik memuat dimensi spiritual, psikologis, dan sosial yang harus disikapi mengimplikasikan suatu heteronomi kultural,” katanya.
BACA JUGA: Mudik dan Balik Lebaran 2024 di Jateng Lancar, Nana Pastikan Ketersediaan Pangan dan Energi Aman
Menurutnya, selama mudik, para pemudik berada pada sisi tarik-menarik antara situasi dan nilai-nilai baru dengan yang lama.
Sedangkan yang terakhir, Agus menilai tradisi mudik juga memperlihatkan adanya perubahan watak masyarakat kota yang seharusnya individualis menjadi lebih bersosialisasi.
“Mudik menggambarkan bahwa masih kuatnya ikatan primordial masyarakat di perkotaan. Padahal nilai-nilai di perkotaan seharusnya lebih berwatak mondial,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi