BACA JUGA: Video Deddy Sitorus: Hanya Ada Dua Paslon di Pilgub Jateng, Gaduhnya sampai Antariksa
PDIP jaga ikatan psikologis dengan pemilihnya lewat kader yang jadi dewan
Lebih lanjut, Fitriyah membeberkan alasan mengapa PDIP bisa membentuk ikatan ideologis dan psikologis dengan pemilihnya di Jawa Tengah.
Salah satunya yakni melalui anggota dewan di tingkat provinsi yang kerap menyapa pemilihnya saat reses.
“Pemilih itu kan tetap harus disapa, jadi ikatan psikologis bisa terbentuk ketika ada intensitas melalui politisi dari partai bersangkutan. Jadi, parpol itu dirasakan hadir,” papar Fitriyah.
Terlebih, kata dia, PDIP menjadi parpol dengan kursi terbanyak di tingkat DPRD Provinsi Jawa Tengah.
“Saya kira karena memang PDIP itu kuat di Jateng dan itu kemudian menguasai DPRD Provinsi dan beberapa kabupaten/kota. Mereka kan melalui reses dan sebagainya, itu kan kuat,” jelas dia.
Kata Fitriyah, hubungan yang kuat antara pemilih dan kader PDIP itu membuat partai banteng tersebut mampu mengawal suara.
“Hubungan yang kuat macam itu kemudian bisa mengawal suara dari pemilihnya itu. Kenapa mereka gak pindah hati? karena mereka terikat relasi dengan partai melalui politisi yang bersangkutan, kebanyakan dari PDIP. Semakin mereka sering turun, semakin mereka bisa memelihara suara partai,” ungkapnya.
Alasan itu baginya memperkuat alasan bagaimana PDIP bisa menjadi partai pemenang sejak reformasi hingga Pileg 2024 di Jawa Tengah.
“Menurut saya, itu menjelaskan mengapa PDIP kuat di Jateng sepanjang reformasi. Begitu menang tahun 1999, kalaupun suaranya dinamis, tetapi tetap menjadi pemenang, karena mereka berhasil mengawal suara itu melalui kader yang ada pada posisi anggota dewan dengan memelihara pemilih mereka di dapil masing-masing,” tandas Fitriyah. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi