Meski di sisi lain pemerintah menyediakan SMP swasta gratis, namun Atik tak mau memilih SMP swasta gratis. Ia khawatir akreditasi SMP swasta gratis akan menyulitkan anaknya ketika mendaftar ke SMA tiga tahun mendatang.
“Mending kayak dulu, [sekarang] kita sekolah 6 tahun belajar mati-matian kalah sama yang rumahnya deket, kalah sama yang tua,” harapnya.
Nasib serupa dialami oleh Roy. Anaknya tak bisa mendaftar di SMP tujuan lantaran usia anaknya baru menginjak 12 tahun 1 bulan.
BACA JUGA: Pemkot Bebaskan Biaya Pendidikan, Ini Daftar 41 SMP Swasta Gratis di Kota Semarang Tahun 2024
Rumah Roy berada di Ngesrep, Tembalang. Namun, ia tak bisa mendaftar di SMPN 27 Semarang yang hanya berjarak 2,5 kilometer.
“Itu awal pertama masuk. Tadi malam bahkan masih nomor 6, terus turun-turun ini sama sekali enggak keterima, makanya bingung,” katanya.
Ia sendiri masih bimbang memikirkan nasib anaknya. Ia khawatir jika mendaftar di SMP swasta akan menyusahkan di kemudian hari. Pasalnya, keluarganya masih sering berpindah-pindah domisili.
“Kenapa saya mempertahankan SMP negeri supaya saya kalau ada pindahan, anaknya bisa pindah, karena kalau swasta ke negeri enggak bisa,” ucapnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi