Sedikit informasi, warga Tambakrejo yang sebelumnya bermukim di sekitar bantaran muara Banjir Kanal Timur (BKT) memiliki historis sebagai korban penggusuran pada 2019.
Sebelum akhirnya pemerintah kota mengeluarkan kebijakan pembangunan Kampung Nelayan Tambakrejo. Nama yang tersemat tersebut mengacu pada profesi sebagian besar warga yang merupakan nelayan tradisional.
Sementara Ketua Dewan Pimpinan Kota (DPK) Prima Kota Semarang, Tomy Yunius Setyawan menandaskan, dari beberapa tokoh yang masuk radar dalam kontestasi Pilwalkot Semarang hanya sosok Iswar yang pihaknya anggap mampu memimpin Kota Semarang ke depan. Hal tersebut terutama dilihat dari rekam jejak jebolan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro (Undip) itu.
“Sebagaimana program Prima Kota Semarang yang akan kita desakkan ke pemerintah kota, yaitu pembangunan yang berlandaskan kebudayaan, wawasan lingkungan, pemberdayaan perempuan dan anak, serta ekonomi kerakyatan berbasis koperasi. Kami melihat sosok Pak Iswar adalah orang yang tepat untuk mengemban itu. Terlebih Pak Iswar sangat membuka diri untuk menerima gagasan-gagasan dari semua pihak,” tegas Tomy.
Sementara sebelum acara deklarasi tersebut, Sekda Kota Semarang Iswar Aminuddin menyempatkan hadir dalam acara saresehan warga Kampung Nelayan Tambakrejo.
Kedekatan dengan Warga
“Warga Tambakrejo ini kan sudah seperti saudara saya sendiri. Karena saya mengingat tahun 2019 banyak menemani, menenangkan mereka dan kemudian persoalan relokasi terjadi. Alhamdulillah pada hari ini mereka semakin sejahtera, anak anaknya bisa bersekolah dengan baik,” ujar Iswar.
Dari rasa itu, kata Iswar, warga Tambakrejo kemudian mengundang dirinya untuk sarasehan. “Masalah walikota, kita tunggu kalau saya sudah pensiun baru,” kata Iswar.
Rencana kedepan di Tambakrejo dan Tambaklorok, menurut Iswar, telah digambarkan sedemikian rupa dan desain itu akan diusulkan agar warga Tambakrejo bisa lebih sejahtera. (*)