Meski baru pertama kali belajar, Shafa mengaku cukup mudah memahami instruksi dari pelatih angklung. Favoritnya ialah sewaktu memainkan lagu “Gambang Semarang“.
“Cukup senang dan bisa nambah pengalaman pengetahuan baru juga. Harapannya bisa lebih banyak kegiatan kayak gini, bisa bervariasi alat musik atau kebudayaan berbagai daerah,” harap Shafa.
Founder Angklung Academy Semarang: Generasi muda harus cintai budaya Indonesia
Sementara itu, founder Angklung Academy Semarang, Hisom Jati Prasetyo, menyambut baik acara belajar angklung hari ini. Menurutnya, pelatihan gratis seperti ini dapat menambah semangat generasi muda untuk mencintai budaya-budaya Indonesia khususnya alat musik angklung.
“Harapannya nanti di kemudian hari banyak sekali acara seperti ini dan biar nanti generasi muda bisa cinta budaya dan cinta Indonesia lagi,” katanya.
Dalam sesi selama hampir dua jam, dirinya mengajarkan beberapa teknik bermain angklung. Mulai dari teknik memegang, teknik menggoyang, hingga teknik memainkan lagu.
BACA JUGA: Meriahnya Konser Kemerdekaan di Taman Indonesia Kaya Semarang, Ratusan Pelajar Tampil Sekaligus!
“Kendalanya mungkin karena peserta mayoritas baru pertama belajar angklung ini, mereka belum terbiasa pegang. Tapi ketika sudah terbiasa itu tentunya mungkin tidak ada kendala karena angklung sendiri sangat mudah dimainkan oleh siapa pun,” ucapnya.
Meski begitu, ia menilai secara keseluruhan peserta pelatihan angklung sore ini belajar dengan sangat baik. Ia pun berharap alat musik angklung terus lestari hingga generasi yang akan datang.
“UNESCO sudah mengakui angklung di mata dunia; harapannya kita bisa terus lestarikan angklung ke anak cucu sehingga tidak punah,” tandas Hisom. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi
