SEMARANG, beritajateng.tv – Kehadiran Bajaj Maxride mendapat penolakan dari DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang.
Melalui hasil musyawarah Paguyuban Angkutan Kota Semarang dan perwakilan transportasi ojek online, mulai dari GoJek, Grab, dan Maxim, Organda Semarang membeberkan alasan penolakan moda transportasi roda tiga tersebut.
“Rapat tersebut menghasilkan keputusan menolak keberadaan dan operasional bajaj di Kota Semarang,” ujar Ketua DPC Organda Kota Semarang, Bambang Pranoto Purnomo, saat membacakan deklarasi penolakan bajaj di Kantor DPC Organda Kota Semarang, Minggu, 28 September 2025.
Bambang mengungkap, ada lima alasan penolakan hadirnya bajaj di Kota Semarang. Salah satunya adalah bajaj dianggap akan menambah kemacetan di Kota Semarang.
BACA JUGA: Bajaj Semarang: Pilihan Murah untuk Belanja atau Masalah Baru di Jalan Raya?
Tak hanya itu, Bambang juga menyinggung hadirnya bajaj tak selaras dengan konsep mass public transportation maupun transportasi ramah lingkungan yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
“Satu, munculnya bajaj akan menambah kemacetan lalu lintas. Dua, tidak sesuai dengan semangat pemerintah untuk mendorong moda transportasi umum berbasis mass public transportation. Tiga, bertentangan dengan program transportasi ramah lingkungan atau green transportation,” jelas Bambang.
Dalam kesempatan itu, Bambang turut mengeluhkan transportasi di Kota Semarang sudah berada di titik jenuh. Hadirnya bajaj, kata dia, bisa merusak estetika Kota Semarang.
“Empat, kondisi transportasi umum di Kota Semarang telah berada titik jenuh. Lima, keberadaan bajaj dapat merusak estetika di Kota Semarang,” jelas dia.
Organda Semarang tak terima Bajaj Maxride beroperasi tanpa permisi
Selain lima alasan penolakan tersebut, Bambang turut menyoroti hadirnya Bajaj Maxride di Kota Semarang yang kesannya tiba-tiba dan membuat pelaku transportasi kaget.
“[Hadirnya Bajaj Maxride] dengan tiba-tiba, kalau wong Jawa ngomong ujug-ujug. Dengan beroperasionalnya bajaj di Kota Semarang, yang mana akan seperti yang kami bacakan tadi, akan menambah kesemerawutan Kota Semarang dengan kemacetan yang sudah terjadi saat ini,” ucapnya.
Bahkan, Bambang dan perwakilan pelaku transportasi di Kota Semarang baru mengetahui Bajaj Maxride beroperasi lewat media sosial dan melihatnya berlalu-lalang di jalanan.