SEMARANG, beritajateng.tv – Sebanyak 17 kartunis dari berbagai daerah yang tergabung dalam Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) menggelar pameran bertajuk “Merdeka atau Mati Kutu” di Semarang.
Pameran ini menampilkan 23 karya kartun yang menyatukan humor, refleksi kritis, dan kecintaan pada tanah air. Presidium Pakarti, Abdullah Ibnu Thalhah, menjelaskan bahwa konsep pameran berangkat dari semangat Hari Kemerdekaan.
“Pameran ini lahir dari rasa cinta kami pada tanah air, sekaligus sebagai momentum untuk refleksi kritis terhadap generasi bangsa ini. Bukan sindiran kepada siapa pun, melainkan upaya membaca situasi yang ada lalu menafsirkannya secara visual dengan cara yang ringan,” ungkapnya kepada beritajateng.tv usai pembukaan pameran di Tan Artspace pada Minggu, 17 Agustus 2025.
BACA JUGA: Menyelami Warisan Kuliner di Salatiga Lewat Pameran Foto dan Arsip ‘Tapak Rasa’
Meski persiapannya hanya berlangsung satu bulan, para kartunis mampu menghadirkan karya dengan beragam perspektif. Ibnu menyebut karena komunitas sudah terbiasa bekerja bersama dan memahami karakter karya masing-masing anggotanya.
“Karena teman-teman sudah berkumpul dalam satu komunitas, kami sudah tahu karya masing-masing. Jadi meski waktunya singkat, proses persiapan bisa lebih cepat,” lanjutnya.
Kartun sebagai media refleksi
Judul pameran “Merdeka atau Mati Kutu” dipilih sebagai permainan kata dari slogan perjuangan “Merdeka atau Mati”.
Ibnu menekankan bahwa kartun bukan sekadar karya visual lucu, tetapi juga medium yang bisa memotret fenomena sosial, politik, hingga kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Melalui kartun, kami ingin mengingatkan kembali bahwa kemerdekaan bukan hanya soal perayaan, tapi juga ruang untuk berpikir kritis, meskipun terbungkus dengan humor,” jelasnya.
Kurator pameran, Muhammad Rahman Athian, menuturkan bahwa judul “Merdeka atau Mati Kutu” mengandung makna reflektif sekaligus humoris.