Pemerintah Kota Semarang, kata Agustina, akan segera berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan para peternak telur lokal untuk memastikan pasokan tetap terjaga.
Saat ini, kemampuan produksi pangan lokal Kota Semarang baru memenuhi sekitar 11 persen dari total kebutuhan masyarakat.
Ingatkan Pedagang Jangan Mremo
Terkait potensi praktik menaikkan harga secara berlebihan atau aji mumpung (Mremo) yang kerap terjadi menjelang hari besar keagamaan.
Ia mengingatkan pedagang agar tidak memanfaatkan momentum Nataru secara berlebihan karena justru berisiko merugikan.
“Kalau masih ada yang mau mremo, silakan berpikir lagi. Dengan adanya operasi pasar dan intervensi pemerintah, peluang ruginya justru besar,” katanya.
Pemerintah, menurutnya, telah menyiapkan langkah intervensi pasar. Jika pedagang tetap menaikkan harga secara ekstrem, operasi pasar justru akan membuat harga jatuh dan merugikan pelaku usaha sendiri.
Sebagai langkah konkret, Pemkot Semarang berencana menggelar operasi pasar dan pasar murah mulai 21 atau 22 Desember 2025.
Program ini akan melibatkan Dinas Perdagangan, Dinas Ketahanan Pangan, Bulog, sektor pertanian dan perikanan, serta didukung Korpri, Dharma Wanita, dan PKK.
“Tujuan utama pasar murah ini untuk menekan harga sekaligus menjaga stok di masyarakat. Intervensi dilakukan bersama-sama agar dampaknya lebih merata,” ujarnya.
Agustina mengapresiasi peran berbagai pihak yang selama ini aktif menjaga ketahanan pangan di Kota Semarang. Menurutnya, upaya kolaboratif tersebut berkontribusi besar dalam menekan laju inflasi daerah.
Usai melakukan sidak pasar, Walikota Semarang kemudian melanjutkan pemantauan ke sektor lain, termasuk ketersediaan dan distribusi energi di SPBU. (*)
Editor: Elly Amaliyah













