SEMARANG, beritajateng.tv – Beberapa anak terlihat berlarian dan bersenda gurau di sebuah serambi masjid. Beberapa lain sedang menjemur pakaian dan membantu pekerjaan rumah sebisa mereka. Itulah rutinitas sehari-hari yang tampak jika kita berkunjung ke Panti Asuhan Manarul Mabrur.
Selain itu, tak jarang suara tangisan bayi pun terdengar saut-menyaut di sebuah ruangan yang tampaknya masih baru. Panti Asuhan Manarul Mabrur sendiri bertempat di Kelurahan Pudakpayung, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Saat awak beritajateng.tv berkunjung ke Panti Asuhan Manarul Mabrur, Rois Bawono Hadi, pemilik panti asuhan terlihat sedang sibuk berbincang dengan tamunya.
Saat asik mengobrol, beberapa kali anak asuhnya yang berusia sekitar 5 tahun datang menganggu. Ingin bermain, katanya. Sang anak mulai terlihat nyaman duduk di pelukan Rois.
Dua belas tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2012, perjalanan Manarul Mabrur bermula. Berangkat dari keprihatianannya terhadap karakter-karakter khas Nusantara yang mulai hilang, Rois merintis panti asuhan dari nol.
“Karakter khas Nusantara yang terkenal di seluruh dunia adalah cinta terhadap negara, saling menyayangi sesama manusia, bekerja keras, toleransi, dan jujur, sudah mulai hilang,” ujar Rois.
Rois dan teman-temannya pun berniat untuk membangkitkan kembali karakter tersebut.
Panti Asuhan Manarul Mabrur Sekolahkan Anak Asuhnya
Perjalanan Rois tidaklah mudah. Awalnya, ia memutuskan untuk menyekolahkan beberapa anak yang hidup di jalanan. Saat itu, ia memilih beberapa anak jalanan, salah satunya di daerah Tembalang, untuk kemudian ia sekolahkan.
Namun, siapa sangka niatnya tidak selalu berjalan dengan baik.