Ia mengingatkan agar pengembangan olahraga ini tidak hanya berfokus pada industri, tetapi juga pada prestasi.
“Pengalaman dari Swedia bisa jadi pelajaran. Di sana dalam tiga tahun di bangun 3.000 lapangan, namun 30-40 persen terpaksa tutup karena tidak memiliki fasilitas sosial. Indonesia punya keunggulan karena pusat olahraga biasanya juga menyediakan ruang rekreasi, sehingga Padel berpotensi memberi dampak sosial lebih besar,” jelas Galih.
Ia menambahkan, kunci kesuksesan prestasi Padel ada pada pembinaan usia dini dan peningkatan kualitas kepelatihan. Untuk itu, dalam dua bulan mendatang PBPI akan menghadirkan sertifikator dari Federasi Internasional Padel (Spanyol) guna melatih calon pelatih dari seluruh provinsi.
“Setiap pengurus provinsi wajib mengirim minimal dua calon pelatih. Selain itu, kami juga mendorong agar program pembinaan atlet usia dini segera mulai di tiap daerah,” kata Galih.
Galih menutup dengan optimisme bahwa Jawa Tengah memiliki modal besar untuk menjadi salah satu pusat pengembangan Padel nasional.
“Jateng terkenal sebagai gudangnya atlet. Jika program pembinaan usia dini berjalan dengan tepat dan infrastruktur di perkuat. Maka bibit unggul Padel dari daerah ini akan mudah di temukan,” pungkasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah