“Jadi sampai di akhir tahun 2023 kita sudah memiliki delapan Daycare tinggal nanti di 2024. Kalau kita punya dana lagi kita akan bikin satu lagi di masing-masing kecamatan,” imbuhnya.
Menurutnya, program Daycare menjadi pemicu yang kuat penurunan angka stunting di Kota Semarang. Sebab, Pemkot Semarang secara langsung bisa memantau tumbuh kembang anak.
“Yang paling nendang (paling berdampak) justru Daycare karena kegiatannya juga ada PMT. Pemberian makanan tambahan, kemudian balita mendapat kelas PAUD, kita ajak nyanyi, pantau tumbuh kembang. Kemudian habis makan siang ada main game, setelah jam 3 (sore) mandi kemudian minum susu. Sehingga satu hari itu kita berikan 1.450 kalori kepada anak tersebut. Itu yang kemudian bisa mendorong untuk penurunan angka stunting jika bandingkan dengan PMT saja yang kita berikan ke rumah-rumah,” paparnya.
Sementara itu, Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, sekarang ini tinggal sekitar 900-an anak stunting dan 800-an ibu hamil yang mengalami anemia. Sehingga perlu mendapatkan pendampingan dan intervensi di masing-masing wilayah.
Mbak Ita, sapaan akrabnya menambahkan, pemangku wilayah seperti Camat dan Lurah diharapkan bisa terus mengupayakan penurunan stunting.
“Nanti kita kolaborasikan dengan Dinas Kesehatan agar ‘zero stunting’. Kemarin sama sekarang lebih gencar sekarang, apalagi bikin Daycare Rumah Pelita. Rumah Pelita kan tidak hanya ngurusi raga saja, tapi jiwanya juga kita urus. Stunting kan sebabnya ada tiga, yaitu makanan, kesehatan, dan pola asuh,” paparnya.
Ia menerangkan jika aspek yang berdampak untuk penanganan stunting adalah makanan dan kesehatan. Sedangkan pola asuh belum banyak disentuh sehingga Daycare Rumah Pelita menjadi contoh praktis bagaimana perhatian dalam pembangunan nonmaterial. (*)
Editor: Elly Amaliyah